MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Kementerian Agama (Kemenag) kini tengah menginisiasi sebuah program. Namanya nama masjid ramah anak dan penyandang disabilitas (berkebutuhan khusus). Langkah ini sebagai upaya memakmurkan masjid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah H Moh Agussalim, menegaskan hal itu ketika menyampaikan materi pada acara Pembinaan Paham Keagamaan bagi Takmir Masjid di Makassar, Kamis (19/9).

Dikatakan, saat ini masjid belum ramah bagi anak dan mereka yang berkebutuhan khusus (disabilitas). ”Anak-anak kita dan mereka yang disabilitas belum memfungsikan masjid dengan sebaik-baiknya sebagai tempat beribadah, dan aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat, dalam rangka pengembangan syiar Islam ke depan,’’ kata Moh Agussalim.

Untuk itu, lanjut Agussalim, Direktorat Bimas Islam Kemenag yang salah satu subditnya menangani kemasjidan, lalu menggagas program masjid ramah anak dan penyandang disabilitas. Sebab diakui, saat ini masjid belum ramah bagi kaum disabilitas. ”Jangan sampai masjid kita dikuasai oleh orang lain,” tandasnya.

Di depan peserta kegiatan yang mengusung tema ”Peningkatan Kualitas Layanan Keagamaan bagi Disabilitas Berbasis Masjid,” Agussalim berpesan kepada para takmir untuk memakmurkan masjid.

”Dorong anak-anak untuk meramaikan masjid. Dengan rajin ke masjid, mereka akan terhindar dari paham-paham keagamaan yang tidak baik (menyimpang atau melenceng). Buka masjid-masjid kita, musallah kita yang ada. Sehingga umat Islam dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan mereka yang berkebutuhan khusus, bisa masuk melakukan ibadah dan aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat untuk pengembangan Islam,” jelas Moh. Agussalim.

Dia berharap, tidak ada lagi masjid atau musallah yang menerapkan aturan yang melarang anak-anak ke masjid, termasuk kalangan disabilitas. Karena hal ini akan berdampak terhadap masa depan masjid sendiri. ”Kalau bukan anak-anak sekarang mengisi masjid, siapa lagi. Setelah besar mereka akan menjadikannya sebagai kebiasan yang dibawa dari kecil,” tandasnya.

Persoalannya kemudian, lanjut mantan Kakanwil Kemenag Banten ini, bagaimana pengurus masjid atau para takmir memfasilitasi anak-anak dan mereka yang berkebutuhan khusus. Terutama tuna netra, tuna daksa dan lain-lainnya, untuk lebih mudah mendapatkan akses/layanan ke masjid.

Dikatakan, pada zaman Rasulullah, masjid menjadi tempat berkumpul membahas soal-soal agama, strategi perang dan syiar Islam yang lebih baik. Sekarang, lanjutnya, kita akan mengembalikan fungsinya seperti dulu.

”Jangan sampai masjid kita tutup, karena tidak ada lagi anak muda yang mau masuk. Perhatikan pendidikan anak-anak. Pantau pengajiannya. Jangan sampai ada hal-hal yang berbau radikal. Kalau  ada seperti itu, silakan laporkan,” imbuhnya.

Pengurus masjid juga harus ramah dengan anak-anak, calon pengisi masjid kita masa depan. Para takmir harus melakukan hal-hal atau kegiatan yang bisa menjadikan anak tertarik pada masjid.

”Teman-teman disabilitas, berikan ruang untuk mereka. Jangan sampai kita bangun masjid besar, tapi tidak melibatkan mereka. Ramai-ramai mendekati masjid. Kuatkan akidah mereka. Bina ukhuwah islamiyah dan tingkatkan amaliyah kita,” pintanya.

Ada beberapa program yang menjadi unggulan direktorat Urais dan Binsyar. Seperti hisab rukyat syariah, kepustakaan Islam, kemasjidan dan bina paham keagamaan Islam dan penanganan konflik. Semua dimaksudkan sebagai upaya untuk lebih mematangkan, dan menghindari hal-hal yang akan mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara, dengan memperbanyak dialog melibatkan remaja masjid, untuk terwujudnya masyarakat yang rukun dan taat beragama.

Sebelumnya, Kasubdit Kamasjidan Siti Nur Azizah mengatakan, Kemenag terus mengembangkan akses layanan paham keagamaan bagi penyandang disabilitas. ”Program baru ini adalah agar masjid ramah terhadap para disabilitas,” katanya.

Ia menambahkan, layanan bagi disabilitas daksa untuk pertama kalinya dilakukan dengan menggunakan kursi roda masuk ke masjid Istiqlal, Jakarta pada Idul Adha yang lalu.

Abd Rahman dari Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan  (Perdik) Sulsel, mengatakan para takmir masjid harus menepis anggapan ketidakmampuan penyandang disabilitas dengan menyiapkan akses ke masjid. ”Perlu desain masjid yang baik dan bisa dijangkau teman-teman penyandang disabilitas,” sarannya.

Selain direktur, hadir menyampaikan materi pada kegiatan yang berlangsung Rabu hingga Jumat (18-20 September 2019), di antaranya Kakanwil Kemenag Sulsel H Anwar Abubakar, Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Sulsel H Suherman, Ketua Dpt Dakwah PP DMI yang juga penulis 46 buku Masjid Dakwah dan Keislaman H Ahmad Yani. (rls)