MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Selatan memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia tahun 2019, Jumat (20/9). Peringatan kali ini ditandai dengan upacara yang dipimpin Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB-KR) Wardihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan ini diwarnai dengan senam Ge Mu Famire. Melibatkan peserta dari BKKBN Sulsel dan Pemkot Makassar. Mereka berolahraga di lapangan kantor BKKN Sulsel Jalan AP Petta Rani. Hal serupa dilaksanakan di 24 kabupaten/kotas se-Sulsel.
Di depan peserta upacara, Wardihan yang membacakan sambutan Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Hj Rini Riatika Djohari, mengatakan bahwa dewasa ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian secara global. Hal itu berlangsung sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development/ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994.
”Isu strategis kesehatan reproduksi yang perlu diperhatikan saat ini, antara lain angka kematian ibu dan bayi perlu diturunkan sebagai upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang berkualitas,” ujarnya.
Ditambahkan, salah satu faktor yang memberikan dampak pada peningkatan angka kematian ibu adalah risiko ‘4 terlalu’. Yakni terlalu muda melahirkan di bawah usia 21 tahun. Terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun. Terlalu dekat jarak kelahiran kurang dari 3 tahun. Terlalu banyak anak lebih dari dua.
”Persentase ibu meninggal yang melahirkan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun adalah 33 persen dari seluruh kematian ibu. Sehingga, apabila program KB dapat dilaksanakan dengan baik lagi, kemungkinan 33 persen kematian ibu dapat dicegah melalui pemakaian kontrasepsi,” terangnya.
Diakui, program KB di Indonesia telah menurunkan angka kelahiran rerata dari 5,6 anak per wanita usia subur pada akhir tahun 1960-an, menjadi 2,6 pada tahun 2012. Sementara di tahun 2017 menjadi 2,4 (SDKI). (rls)