MAROS, UJUNGJARI.COM — Penobatan Karaeng Turikale ke-VIII, Brigadir Jenderal Polisi (Purn) DR Andi Achmad Aflus Mapparessa, MM M.Si dihadiri 80 Raja dan Sultan se Nusantara di Gedung Serbaguna Pemkab Maros, Kamis (5/9/2019).
Figur yang dipandang mampu memikul amanah dan tanggung jawab memangku jabatan Karaeng Turikale adalah Brigjen Pol (P) Dr H Andi Achmad Aflus Mapparessa MM MSi bin Haji Andi Mapparessa Daeng Sitaba bin La Palaguna Daeng Marowa bin I Sanrima Daeng Parukka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedatangan Karaeng Turikale Andi Mapparessa Dg Sitaba dikawal pasukan berkuda dari Bola Loppoe menuju Gedung Serbaguna tempat dimana penobatan Karaeng Turikale akan digelar.
Ada 8 bangsawan luar negeri juga menyaksikan prosesi penobatan ini, diantaranya dari Amerika Serikat, Malaysia dan Meksiko.
Selain itu, hadir pula Sultan Sepuh Cerebon, Sultan Sumbawa, Raja Tapanuli Selatan, Sultan Sekala Berak Lampung, Sultan Kutai Kartanagara.
Menurut Karaeng Turikale ke-VIII, Andi Achmad Aflus Mapparessa, sekarang Kekaraengan itu sudah tidak seperti pada masa pemerintahan adat sebelum Republik Indonesia merdeka. Masa NKRI tentunya kita menjadi partner untuk menggali dan melestarikan adat istiadat dan budaya.
“Dengan adanya penobatan ini, semangat kebersamaan yang akan kita bangun adalah semangat kebersamaan yang menciptakan kedamaian dan persatuan dan menjadi partner pemerintah,” ujarnya.
Sambung Karaeng Turikale, Andi Achmad Aflus Mapparessa, kita perlu membangkitkan kembali Kekaraengan ini dalam arti yang positif. Kita harus mengambil bagian dalam pemerintahan ini untuk menjadi partner pemerintah.
Sultan dan Raja yang hadir pada Penobatan Karaeng Turikale ini rencananya akan menghadiri Festival Keraton Nusantara di Luwu 9 September mendatang
Diketahui terbentuknya Karaeng Turikale sejak abad ke-17 Masehi.
Sejumlah Pejabat juga ikut berpartispasi memeriahkan acara ini yakni, Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah, Wakil Bupati Maros, A Harmil Mattotrang, mantan Ketua DPRD Maros, Chaidir Syam bersama para pemerhati adat.
Penobatan ini juga disaksikan aliansi Toddolimayya ri Marusu. Ada banyak tradisi dan prosesi adat penobatan raja yang merupakan warisan kekayaan budaya khas Turikale yang kita saksikan kembali.
Misalnya, sambung Kurniawan, Mala Lise’ Tana Menroja, Lekka wae Loppo, Cemme Majeng, Pasitekkereng Lawolo, Ripasessu ri Menrawe, Ripallejja Tana Menroja. Hal ini tentu menjadi prosesi adat yang menarik, setelah 73 tahun tidak pernah ada penobatan raja di Turikale.
Sebelumnya, rangkaian dari prosesi adat penobatan Karaeng Turikale, dilakukan penyambutan kedatangan Raja Tapanuli Selatan, YM Daulat Raja Agung Panaturi Hasadon Tapanuli Selatan, Dr Joner Rambe MM MSi di Bola Loppoe Turikale Maros.
Penyambutan secara adat itu, dilanjutkan dengan penyerahan Tanda Persaudaraan dari Raja Tapanuli Selatan kepada Karaeng Turikale, Tanda Persaudaraan berupa seekor kerbau jantan yang diserahkan kepada Karaeng Turikale.
Diketahui, keturunan langsung Karaeng Turikale bersama keluarga besar dan tokoh adat sesepuh Turikale bersama Lembaga Adat Kekaraengan Turikale Kabupaten Maros telah memutuskan dan menyepakati untuk melakukan prosesi penobatan Karaeng Turikale yang baru. (Askari)