MAKASSAR, UJUNGJARI.COM –Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Karantina Pertanian Makassar kembali melepas ekspor sertifikasi komoditas pertanian senilai Rp 103,9 Miliar yang dimuat dalam 136 kontainer.
Eksport ini dilepas secara resmi Pelabuhan Petikemas Makassar, Minggu (25/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Komoditas yang diekspor tersebut berupa kacang mede, minyak cangkang kacang mede, porang, dedak gandum, rumput laut, dan karagenan.
Kepala Karantina Pertanian Kota Makassar Andi Yusmanto menuturkan, porang (Amorphophallus Muelleri) merupakan komoditas primadona asal Provinsi Sulawesi Selatan yang sedang diminati warga dunia.
“Hari ini, ekspor tanaman umbi asal Kabupaten Bulukumba, Gowa, Maros, Sinjai, dan Takalar yang berjumlah 52 ton, perkiraan nilainya Rp709 juta,” katanya.
Melalui ekspor tersebut, Andi Yusnanto berharap, trend ekspor porang akan terus meningkat, pasalnya Badan Karantina Pertanian telah melakukan berbagai inovasi layanan publiknya serta selalu berkomitmen mendukung ekspor komoditas petani lokal.
Lebih jauh Andi Yusnanto mengatakan di Provinsi Sulawesi Selatan, pihaknya mencatat adanya peningkatan ekspor dari segala sisi, baik dari jenis komoditas, volume komoditas, nilai barang, hingga jumlah negara tujuan.
“Sebagai UPT Karantina Pertanian di Sulawesi Selatan, Karantina Pertanian Makassar sendiri telah melakukan sertifikasi ekspor terhadap 168 ribu ton komoditas pertanian dengan perkiraan nilai Rp7,39 Triliun mulai Januari hingga Juni 2019,” ungkap Andi Yusnanto.
Sebagai perbandingan, sambung Andi Yusnanto sertifikasi ekspor di bulan yang sama pada tahun 2018 adalah 162 ribu ton dengan perkiraan nilai Rp3,81 triliun
“Ini merupakan peningkatan yang sangat luar biasa,” ujar Andi Yusmanto.
Adanya peningkatan ekspor tersebut, Andi Yusnanto menegaskan Kementerian Pertanian (Kementan) sangat mengapresiasi fasilitas Direct Call yang diinisiasi oleh PT Pelindo IV.
Untuk itu tahun 2019 ada tiga penambahan porang dengan tujuan Vietnam dan Cina, yakni buah manggis tujuan Cina, serta pisang kepok tujuan Malaysia.
“Selain itu, terdapat pula tiga negara tujuan ekspor yang baru, yaitu Thailand dan Belarusia yang mendatangkan kacang mede, serta Papua Nugini yang menerima tepung terigu dari Sulsel,” ungkapnya.
Ia mengaku, masalah ekspor klasik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terkait perdagangan internasional saat ini mulai terpecahkan.
Menurutnya, jika dulu hasil bumi yang hendak diekspor harus melalui pelabuhan di Pulau Jawa, kini mereka langsung diekspor dari daerah asalnya masing-masing.
“Direct call atau ekspor langsung ke negara tujuan telah difasilitasi oleh semua pemangku kepentingan di Pelabuhan Laut Makassar. Efeknya langsung dirasakan, mulai dari efisiensi waktu, efisiensi biaya, hingga kontribusi langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan petani,” ungkapnya. (**)