GOWA, UJUNGJARI.COM — Wakapolres Gowa Kompol Muh Fajri Mustafa tiba-tiba berada di ruang kerja Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Gowa Muchlis, Senin (5/8/2019) sore.

Kunjungan orang nomor dua di Polres Gowa ini rupanya membahas persiapan rencana pelaksanaan Accera Kalompoang pasca salat Idul Adha pada 11 Agustus mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam pertemuan itu, Wakapolres Kompol Muh Fajri membicarakan persiapan prisesi adat pencucian benda pusaka kerajaan Gowa yang sempat fakum dua tahun.

Padahal ritual adat ini turun temurun dilakukan setiap tahun selain sebagai kewajiban perawatan benda pusaka sejarah juga sebagai obyek wisata yang sudah dikenali wisatawan mancanegara.

Rencananya, prosesi adat ini kata Sekkab Gowa Muchlis akan kembali dilaksanakan setelah ‘perang dingin’ dua kubu masing-masing Pemkab Gowa dengan kubu keluarga Raja Gowa reda.

“Yah karena perselisihan paham ini sudha usai maka kita rencanakan kembali menggelar prosesi accera kalompoang ini yang protap dilakukan setelah salat kurban,” jelas Muchlis.

Sementara itu Wakapolres Gowa Kompol Muh Fajri mengatakan pihak Kepolisian dalam hal ini Polres Gowa sangat mendukung dilakukannya proses adat tersebut.

“Kami sangat mendukung kegiatan Accera Kalompoang ini dapat terlaksana lagi, seiring dengan upaya rekonsiliasi yang dimotori Polres Gowa juga telah berhasil dilakukan pihak Pemkab dan Kerajaan Gowa,” ungkap Kompol Muh Fajri.

Sejumlah hal pun dibahas dalam pertemuan itu, dimana wakapolres mengharapkan pihak Pemkab dan pihak Kerajaan Gowa dapat segera duduk bersama, saling berdiskusi untuk membahas rencana Accera Kalompoang agar pelaksanaannya lebih tertata apik.

“Jadi, tak ada lagi sekat antara pihak Pemkab maupun pihak keluarga Kerajaan Gowa. Kedua pihak ini akan menyatu melaksanakan Accera Kalompoang secara bersama-sama,” jelas wakapolres.

Pihak Pemkab Gowa melalui Dinas Pariwisata terus intens melakukan koordinasi dengan pihak keluarga Raja Gowa terkait rangkaian kegiatan Accera Kalompoang.

Termasuk juga akan dilakukan perbaikan-perbaikan yang sifatnya lebih menyeimbangkan antara ritual adat dan Syariat Islam, sehingga nilai dari kedua hal tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat umum khususnya masyarakat Gowa. (saribulan)