MAKASSAR, UJUNGJARI- Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negara (SNMPTN) akan segera digelar. Di tengah ribuan calon mahasiswa mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi favorit, ada kekhawatiran yang mendera sejumlah kalangan. Salah satunya soal dugaan praktit kecurangan perjokian dalam seleksi ujian.
Praktik perjokian bukanlah hal yang baru. Ini terbukti dengan adanya peristiwa pengamanan sejumlah joki pada ujian yang sama pada tahun tahun sebelumnya. Kuat dugaan kalau praktik perjokian sudah menjadi sindikat bagi sejumlah orang untuk meraup keuntungan besar.
“Polisi harus cepat turun tangan mengusut adanya sindikat perjokian di Makassar. Para pelaku utamanya diseret ke hadapan hukum,” kata Basrum, warga Rappocini yang tahun ini anaknya siap siap mengikuti SBMPTN
Terpisah, satu dosen perguruan tinggi ternama di Makassar, Dr Abdul Haris meminta, agar para pengawas ujian dan aparat kepolisian bisa bersinergi, lebih ketat mengawasi ujian masuk perguruan tinggi. Ada indikasi aksi perjokian akan marak,” ujar salah satu dosen perguruan tinggi ternama di Makassar, Dr Abdul Haris.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, di Kota Makassar saat ini terdapat sindikat perjokian yang merekrut calo-calo dari Pulau Jawa. Tarif yang ditetapkan juga berbeda-beda, disesuaikan dengan jurusan yang dipilih oleh calon mahasiswa.
“Tarif yang ditetapkan itu bervariasi. Sampai ratusan juta rupiah bagi calon mahasiswa yang menggunakan jasa joki untuk tes jurusan tertentu, seperti kedokteran,” terang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Khusus di Makassar, pada pelaksanaan SBMPTN pada tahun 2018 lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) menemukan indikasi kecurangan.
Indikasi kecurangan ini terkait perjokian. Ada peserta yang terbukti mendaftarkan diri sebanyak 10 kali untuk mendapat kesempatan ujian seruangan dengan peserta incarannya. Hal ini yang menimbulkan kecurigaan panitia SBMPTN 2018.
Indikasi lain adalah ketika perserta enggan untuk mengikuti instruksi pengisian nama dan nomor ujian. Peserta sengaja mengosongkan kolom nama dan nomor agar bisa menjalankan misinya. Dalam hal ini, ia akan menukarkan kertas jawabannya dengan peserta. (*)