MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bahasa menggelar Diklat Model Pembelajaran Berbasis Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP, SMA, dan SMK. Kegiatan yang dilaksanakan di LPM Provinsi Sulawesi Selatan ini berlangsung selama 11 hari, 4-14 April 2019.
Diklat dibuka Kepala Bagian Umum P4TK Bahasa Drs Samto,MA. Dalam sambutannya, dia menyatakan bahwa kegiatan ini adalah salah satu program rutin P4TK sebagai wujud keberpihakan pada perkembangan dan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan bahasa.
Pada kesempatan itu Samto memaparkan tentang rencana pemerintah untuk memberlakukan sistem zonasi siswa dan guru. “Hal ini akan diterapkan. Kita menunggu pemerintah daerah mana yang menyatakan siap untuk penerapan. Kalau untuk siswa sudah diterapkan pada PPDB, bukan? Nah, selanjutnya akan diterapkan untuk guru,” terangnya.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang guru terpilih di regional Sulawesi. Masing-masing 20 orang untuk tiap jenjang.
”Salah satu kriteria peserta adalah nilai UKG yang baik dan aktif sebagai anggota MGMP. Hal ini diberlakukan agar setelah kegiatan ini, mereka bisa melakukan diseminasi di wilayah kerjanya masing-masing” kata ketua panitia.
Pada penjelasan lanjutan, dia mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk menguatkan posisi bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan pembentuk berbagai struktur berpikir siswa melalui penguasaan berbagai teks. Juga agar materi pelajaran bahasa Indonesia berlangsung efektif, dapat diterima oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
Untuk itu, para guru bahasa Indonesia sebaiknya menguasai materi dengan baik. Juga mampu menggunakan model dan strategi pembelajaran yang tepat. Oleh karena itulah, maka para guru terbaik ini diundang mengikuti kegiatan ini.
Ronisalasa, salah satu peserta jenjang SMK dari SMKN 3 Gowa, Sulsel merasa sangat bersyukur diberi kesempatan mengikuti kegiatan ini. Baginya, ini kesempatan langka yang tak boleh disia-siakan untuk dapat pengetahuan maksimal tentang penguatan pendidikan karakter, gerakan literasi nasional, dan berbagai macam teks yang akan diajarkan kepada siswa.
“Meskipun pembelajaran berbasi teks ini sudah dilaksanakan di sekolah, tetapi ternyata masih banyak hal yang belum digali dan digunakan maksimal. Makanya, ini kesempatan yang sangat berharga,” ujar Roni.
Suparmin dan Ibnu Hajar, peserta jenjang SMA turut mengaminkan hal tersebut. “Ada banyak ilmu tentang teks yang baru kami dapatkan di sini. Beberapa hal juga telah dilaksanakan tetapi belum terlalu maksimal,” ujar mereka.
“Widyaiswara yang mendampingi kami sangat kompeten dan benar-benar membantu, hingga kami menjadi lebih paham tentang teks yang selama ini kami ajarkan kepada siswa” ungkap Labbiri, peserta jenjang SMP.
Diklat ini dilaksanakan dengan pola 100 jam pelajaran, dengan pendekatan pembelajaran andragogi agar peserta tidak jenuh dan tetap antusias hingga hari terakhir nanti, ujar salah seorang widyaiswara. (rls)