GOWA, UJUNGJARI– Adanya penegasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI bahwa SD tidak dibolehkan memberlakukan tes membaca, menulis dan menghitung (calistung) saat penerimaan calon murid baru tahun 2019 ini membuat seluruh SD di Indonesia harus menaatinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikutip melalui jpnn.com Jakarta, pernyataan Mendikbud Muhadjir Effendy ini dilontarkan saat menjadi pembicara utama (keynote speaker) pada Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Mendidik Generasi PAUD Milenial Berbasis Keluarga di Era Disruptif 4.0 di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (16/3/2019) lalu.
Muhadjir Effendy mewarning tegas dihadapan peserta seminar nasional yang didominasi kalangan pendidik itu dari berbagai pelosok negeri di seluruh Indonesia bahwa bagi sekolah dasar (SD) di mana pun di Indonesia untuk tidak menjadikan calistung sebagai sarat penerimaan calon murid.
“Jika masih ada SD yang berlakukan tes calistung ini maka akan diberikan sanksi tegas. Saya sudah tegaskan ke seluruh kepala SD, jangan lagi memberikan tes calistung untuk anak-anak yang baru masuk SD. Tes calistung itu merusak perkembangan jiwa anak. Bahkan jika tetap ada SD yang berlakukan itu maka dana BOS nya akan saya cabut,” kata Mendikbud.
Mendikbud mengatakan alasan kenapa SD harus meniadakan tes calistung itu pada penerimaan calon murid baru, agar tidak merampas hak anak-anak untuk bermain.
Sejatinya, di tingkat dasar, anak-anak hanya diberikan pendidikan karakter tentang bagaimana budaya baca, disiplin dan lainnya. Guru harus pahami ini dan orangtua juga harus sadar. Mendikbud pun menegaskan bahwa PAUD bukan wadah untuk mengajarkan anak-anak calistung. Anak-anak di PAUD itu hanya bermain meski sebenarnya mereka belajar beragam ilmu. Bagaimana berinteraksi berbagi dan lainnya. Karena PAUD tidak dibolehkan mengajarkan calistung maka saat masuk SD tidak dibolehkan juga dites calistung,” tandasnya.
Menurut Muhadjir Effendy, bila PAUD tetap mengajarkan anak calistung karena tuntutan SD, tentu akan menjerumuskan anak pada gangguan psikologis. Anak-anak akan kehilangan masa kecilnya yang penuh kebahagiaan dan keceriaan. Alhasil ketika remaja dan dewasa akan mengganggu perkembangan mentalnya.
Terkait pernyataan Mendikbud Muhadjir Effendy, salah satu bupati di Sulsel yang paling bersyukur adalah Bupati Gowa. Pasalnya, pernyataan Mendikbud tersebut sangat singkron dengan canangan program inovasi pendidikan yang digelontorkan di Kabupaten Gowa melalui program Imtaq Indonesia.
“Tentu Saya sangat bersyukur bahwa ternyata program Pemkab Gowa di bidang pendidikan yang telah dicetuskan oleh ayahanda (Ichsan Yasin Limpo sebagai Bupati Gowa pendahulu) pada tahun 2011 telah mendapatkan pengakuan nasional bahkan menjadi rujukan sistem pendidikan nasional. Sehingga Pemkab Gowa merasa sistem pendidikan yang selama ini berjalan telah dalam koridornya. Itulah kenapa Gowa ini kita mau jadikan kabupaten pendidikan,” jelas Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan saat dimintai komentarnya, Selasa (19/3/2019). (saribulan)