GOWA, UJUNGKARI.COM — Anggota DPR RI Dapil Sulsel, HM Amir Uskara meninjau kondisi irigasi Bendungan Kampili di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Rabu (20/2/2019).
Di bendungan itu, Amir Uskara tercengang melihat kondisi bendungan yang tanpa air atau mengalami kekeringan, karena terjadinya peralihan arus air sungai Jenneberang akibat banjir yang terjadi Januari lalu.
Kondisi ini menurut Amir Uskara, bisa mengancam sekira 50 ribu petani di sekitar Gowa dan sekitarnya karena sawah yang akan digarap tidak teraliri air pada masa tanam kedua. Pemerintah diminta segera melakukan langkah antisipatif.
“Ini terkait dengan kehidupan mungkin sekitar 50 ribu masyarakat petani yang ada di Kabupaten Gowa dan sekitarnya. Tentu butuh perhatian khusus dari pemerintah,” ujar Amir Uskara saat meninjau Bendungan Kampili.
Ia mendesak Kementerian PUPR melalui Balai Pompengan untuk segera melakukan antisipasi kekeringan air bagi warga ketika musim tanam kedua tahun ini.
“Dari segi anggaran, Kementerian PUPR atau Balai Pompengan bisa mengalihkan untuk menangani ini karena sudah masuk kondisi darurat. Paling tidak balai pompengan bisa menggeser sedimen atau pasir yang menumpuk di sungai ini agar air bisa masuk ke irigasi kampili,” tutur Amir Uskara.
“Sekali lagi terkait kehidupan 50 ribu masyarakat petani Gowa dan sekitarnya agar bisa menanam pada musim tanam kedua tahun ini,” tegas Amir, menyuarakan aspirasi konstituennya.
Senada dengan Amir Uskara, seorang warga setempat yaitu Ramli Rewa menjelaskan, perbaikan permanen di Bendungan Kampili tidak dapat dilakukan segera mengingat waktu yang relatif cukup lama. Apalagi di tengah kondisi darurat air untuk pengairan sawah petani.
“Tetapi paling tidak dia harus mengambil tindakan, apakah dana yang dimiliki bisa digeser ataukah dana bencana alam yang bisa dilakukan untuk sampai bulan 4 dilakukan pergeseran sedimen atau pasir yang menumpuk di sekitar bendungan,” tutur Ramli.
Menurut Ramli, diperkirakan ada 10.445 hektar sawah petani yang tak digarap apabila Bendungan Kampili tidak memiliki air.
Ia pun memperkirakan kerugian masyarakat petani bisa mencapai miliaran rupiah apabila tak bisa menanam pada musim tanam kedua tahun ini.
“Kalau mereka tidak menikmati lagi musim tanam kedua, tentu saja ekonomi kerakyatan tak bisa dirasakan. Bagaimana dengan petani yang sudah meminjam uang untuk beli pupuk sementara dia tidak menanam di musim tanam kedua ini karena sawahnya tidak dialiri air,” tandasnya. (rls)