LUWU,UJUNGJARI.COM– Mengawali rangkaian acara memperingati hari jadi ke-13 tahun Belopa sebagai ibu kota Kabupaten Luwu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Luwu mengadakan prosesi adat “Mappacekke Wanua” di Baruga Arung Senga Belopa, Kamis (7/2/2019).

Prosesi ini dihadiri sesepu, tokoh adat dan pejabat diantaranya Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Amang Usman, Dandramil Belopa Kapten Inf Luther, Kadis pemuda dan Olahraga, Alamsyah Kaban Kesbaspol Alim Bahri Sekretaris Dishub Lukman , Camat Belopa Utara Andi Tenri Esa, Kabag Perekonomian Rahmat dan tamu undangan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan menggunakan baju adat pertama dilakukan ritual “mallekke wae” atau mengambil air suci dari sebuah sumur yang dinamakan bubung parani. Bubung parani  adalah sebuah sumur khusus sebagai sumber air yang digunakan dalam acara ritual adat Mappacakke Wanua.

Menurut Kadis pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Luwu, Amang Usman selaku Koordinator Acara Kebudayaan dalam rangka Hari Jadi Kota Belopa, acara ini dilakukan pada pagi hari dengan harapan agar kesejahteraan hidup masyarakat adat senantiasa menanjak seperti matahari terbit di ufuk timur.

Air suci yang di ambil (ri lekke) kemudian diarak dengan sinrangeng lakko  (usungan adat) di atas pangkuan seorang gadis remaja yang belum aqil baliq (tenna wette dara) sebagai simbol kesucian.

Sinrangeng lakko (usungan adat) tersebut diiringi oleh palluru gau (instrumen dan atribut-atribut upacara adat) serta para pemuka adat.

Air yang disucikan tersebut diarak menuju baruga arung senga untuk diletakkan di atas “lamming pulaweng” atau “lsinggasana kehormatan.

“Mappacekke wanua yang secara harfiah berarti mendinginkan negeri, maksudnya adalah untuk mendinginkan suasana atau menghilangkan ketegangan-ketegangan dan keretakan-keretakan yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang bisa berakibat melonggarkan komitmen kesatuan “maseddi siri” antar mereka,” papar Amang Usman.

Ia mengatakan,  mappacekke wanua adalah salah satu ritual adat yang bertujuan melakukan rekonsiliasi untuk memulihkan keseimbangan (equilibrum) kesatuan ikatan masseddi’ siri’ antara seluruh komponen di dalam masyarakat.

Sisi lainnya, kata dia,  keseimbangan persatuan dan kesatuan ikatan masseddi’ siri’ di dalam masyarakat diharapkan secara kodrati akan menciptakan suasana harmonis dan dinamis yang akan mendatangkan berkah berupa kedamaian dan kesejahteraan bersama.

Sekadar diketahui,  menurut tradisi masyarakat adat Luwu, setiap rumpun keluarga besar masing-masing memiliki bubung parani (turungeng) atau sumber dalam setiap upacara adat.  Air adalah simbol kebersihan karena air adalah sarana untuk membersihkan segala noda.  Air juga merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan setiap makhluk hidup serta merupakan simbol kesejahteraan hidup.

Karena itu air khusus yang dilekke (diambil) secara ritual untuk digunakan dalam upacara mappacekke wanua, merupakan simbol kolektivitas sekaligus sebagai simbol kebersihan. (irwan musa)