GOWA, UJUNGJARI.COM — Kondisi miris dihadapi seorang ibu bernama Sayani (27), warga Dusun Kampung Beru, Desa Mangempang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.
Pasca longsor yang hanya menyisakan tanah pijakan lumpur di atas puing rumahnya, juga tidak menyisakan satupun keluarganya. Suami, ayah mertuanya serta tiga anaknya hilang seketika disapu longsor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski jazad suami dan ayah mertuanya telah ditemukan Rabu (23/1/2019) siang dan jazad anak sulungnya yang berusia 13 tahun serta anak bungsunya yang berusia 2 tahun juga ditemukan Selasa (22/1/2019) sore.
Namun harapan Sayani sudah hilang sebab anaknya yang kedua yang berusia 8 tahun hingga kini belum ditemukan, bahai ditelan bumi.
Lebih memiriskan lagi, karena anak bungsunya itu hilang dalam gendongannya yang didekapnya saat berusaha lari keluar dari dalam rumahnya sesaat mendengar teriakan suami dan ayah mertuanya dari luar rumah menyuruhnya segera lari.
Kondisi Sayani sendiri saat ditemukan sangat memiriskan hati. hanya bagian kepala yang menyembul ke permukaan sementara seluruh badannya tertimbun.
“Mungkin ketika pertamakali longsor, Sayani sempat terkubur hidup-hidup tapi karena hujan terus menerus mendera sehingga bagian kepalanya pun terlihat. Makanya Sayani cepat ditolong. Dia sempat dirawat di rumah saya Selasa itu juga hingga Rabu. Kebetulan antara rumah saya dengan rumah Sayani berdekatan. Dan alhamdulillah longsor tidak mengenai rumah saya tapi hanya sebelah kanan dan kiri rumah saya termasuk rumahnya Sayani lah yang kena itu,” jelas Mardiati, Sekdes Mangempang yang membawa Sayani ke RSUD Syekh Yusuf untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sayani dibawa ke rumah sakit pada Kamis (24/1/2019). Luka yang dialami Sayani lumayan berat. Bagian dalam kepala diduga luka berat karena terbentur batu sedang kaki kirinya mengalami patah dan kedua tangannya luka-luka akibat sapuan material longsor.
“Sekarang kondisi Sayani agak mendingan tapi itupun masih sangat susah untuk diajak bicara. Dia lebih banyak diam dan kalaupun bereaksi dia hanya menangis. Dia trauma dan sangat syok. Dia butuh istrahat yang agak lama. Tadi itu rencana mau dioperasi bagian kepalanya karena ada luka dalam, namun tim dokter urung karena HBnya menurun. Kalau dia bicara dia hanya pakai isyarat tangan maupun mata. Tatapan matanya kosong, tidak bertenaga,” jelas Mardiati.
Sementara kaki kiri Sayani yang mengalami patah tulang kata Mardiati juga menurut tim dokter yang menangani direncana akan dioperasi. Namun belum dilakukan karena tim medis masih melakukan penanganan intensif terhadap Sayani.
“Waktu longsor itu kejadiannya cepat sekali. Saat itu kalau tidak salah jam 10, 11, 12 hingga jam setengah tiga sore suasana dusun saya bagai kiamat. di sore hari itulah warga melihat kepala Sayani tersembul tertutup lumpur yang tersapu air hujan. Sekeliling badannya penuh lumpur. Kasihannya kodong, Sayani sebatangkara sekarang. Orangtuanya sudah tidak ada. Mertua lakilakinya juga meninggal. Kalau ibu mertuanya sudah lama meninggal. Semoga anaknya yang kedua juga segera ditemukan,” jelas Mardiati.
Dibeberkan Mardiati bahwa saat kejadian longsor ketiga anak Sayani berada dalam rumah bersama Sayani. Berselang beberapa menit, dari luar rumah Sayani (menurut Mardiati setelah berhasil berbicara sedikit saat sayani mulai sadar waktu itu) mendengar ayah mertuanya dan suaminya berteriak,..” assulukko longsoro ki….(keluar, longsor)…namun belum habis teriakan itu Sayani yang bergegas lari menggendong anaknya yang berusia dua tahun lari sekuat tenaga bersama dua orang anaknya yang lain. Setelah itu tidak ingat apa-apa lagi.
Terpisah Direktur RSUD Syekh Yusuf Gowa dr Salahuddin yang dikonfirmasi terkait penanganan korban longsor tersebut mengatakan sejauh ini pihaknya terus mengontrol kondisi pasien.
“Iya kami tetap mengontrol kondisi pasien. Tentang rencana operasi yang akan dilakukan itu tergantung kondisi pasien. Jika kondisinya bagus maka luka dalam di kepala akan dioperasi begitu juga kakinya yang patah. Tapi kalau hasil diagnosanya tidak terlalu berat maka operasi tidak dilakukan,” jelasnya. (saribulan)